Bungkus
Kado dari Kampung Inggris Pare, begitulah sepenggal cerita dari pengalaman
saya,
Selalu
ada cara untuk menolak berngkat ke pare, begitulah awal ketika beberapa teman
saya dengan semangatnya mengajak sekaligus mempromosikan kampung inggris di
Pare Kediri.Saat itu saya berpikir untuk
tetap tinggal di Semarang karena saya berpikir untuk belajar bahasa inggris
tidak harus sejauh pergi ke Jawa Timur.
Memang
kalau boleh jujur sebenarnya dalam hati saya memang ingin belajar ke pare ini
dikarenakan cerita dari kakak kelas dan teman-teman yang sudah pernah tinggal
dan belajar dikampung inggris begitu menyenangkan dan memotivasi. Apalagi
ketika saat mereka menceritakan tentang kehidupan masyarakat pare, kondisi
kampung inggris yag kondusif, religinya masyarakat jawa timur, serta
tempat-tempat menarik dan wisata di sekitar Pare membuat saya ingin sekali
merasakan tinggal dan belajar disana. Dorongan besar karena saya sendiri sangat
tertarik dengan kehidupan sosial dan budaya. Apalagi sempat mendapat dukungan dari
beberapa dosen yang pernah belajar disana dan beberapa diantaranya mendapatkan
beasiswa full study maupun short course. Wah siapa yang tidak pengen … yah
mungkin saya bisa menyimpulkan bahwa strategi marketing dan pengemasan cerita
tentang kampung inggris mengena dihati saya tetapi karena tabungan sudah habis
dan tidak ada uang yang tersisa saya memutuskan untuk menunda berangkat ke
pare.
Sebenarnya
orang tua mendukung untuk berangkat ke pare tetapi bagi saya itu terlalu
merepotkan . Hal ini dikarenakan masih banyak keperluan keuangan keluarga yang
banyak seperti pendelegasian adik dalam OSN, ataupun kakak yang harus mengambil
program profesi di Yogyakarta. Mungkin jika ada uang saat itu saya lebih
memilih untuk ditabung saja dari pada ke pare tapi lagi-lagi motivasi besar
untuk datang dan niat belajar sangat tinggi. Insyallah saya percaya “Selama ada
kemauan pasti ada jalan”.
Sejenak
saya berpikir untuk pergi ke pare kita harus mengeluarkan uang beserta cadangan
senilai 1.5 jutaan itupun untuk keperluan hanya 1 Bulan, uang segitu mungkin
cukup banyak tetapi saya masih punya
keinginan untuk belajar dibandingkan harus liburan di rumah ataupun rumah
kakek. Saya bongkar isi lemari mencari koin ataupun lembar seribuan ataupun
uang yang tersisa. Di bawah kasur, di bawah lemari, di dalam celana jeans,
kaleng tabungan kecil, di dalam tas hingga keseluruhan terkumpul 125 ribu angka
yang masih jauh dari target 1.5 juta.
Hampir
putus asa sempat berpikir apa tahun depan saya ke pare atau sudahlah memang
saya terima kondisi ini. Dalam hati saya berkata “andaikan ada uang pasti saya
berangkat ke pare”, Sambil
mengistirahatkan badan saya berpikir “ah mungkin ini belum rejekinya”. Saya
menutup hari dengan beristirahat karena keesokan hari merupakan hari terakhir ujian
akhir semester di kampus.
Pagi
harinya saya terbangun dan membaca 2 sms yang masuk di inbox “ uang hasil penelitian
sudah ada saudara dapat mengambil di fakultas”, 5 menit kemudian “yosi, uang
juara duta kampus sudah ada tolong diambil di mas yatna info dari rektorat”.
Bersama Teman-teman Satu kampus |
Wah
syukur alhamdulilah dana sisa penelitian dan uang kejuaraan bisa dipakai untuk
belajar ke pare ini, dan ke putusannya akhirnya saya berangkat. Pare let’s get rocking. Selang 1 minggu
di pare sms yang indah pun datang kembali “ Uang Pencairan beasiswa PPA sudah
dapat dicek melalui rekening masing-masing”. Terima kasih ya Allah “Selalu ada
jalan bagi orang yang berusaha dan tawakal”.
Kalau
begini ceritanya selain saih memiliki tabungan saya bisa mampir ketempat kawan saya di malang sekaligus melihat
indahnya Bromo . Semangat
No comments:
Post a Comment